Monday, June 18, 2007

Beauty (Byuti)-anjingku manis, anjingku sayang

Nusa Dua, 26-03-2007
Beauty (Byuti)-anjingku manis, anjingku sayang


Byuti….wajahmu selalu terbayang di benakku, namamu selalu tersebut oleh hatiku, tanganku selalu menggapai bayangmu, ingin kujumpa dirimu, betapa rindunya hatiku ini. Hasrat tak tertahan untuk memeluk dirimu.

8 bulan telah berlalu sejak aku tertarik pada tubuh mungilmu yang terbaring, tidur di dalam kandang bersama dengan saudara-saudaramu. Kugapai dirimu dengan tanganku ini, aku menggendongmu,…begitu menggemaskan dirimu, bulumu yang lebat itu dan tubuhmu yang terlihat bulat, meringkuk kedinginan, inginku langsung membawamu pulang.

Kau buka matamu saat kuletakkan di lantai, berjalan limbung dan menatap semua orang yang kau rasa asing di matamu, tampak sekali merasa terganggunya dirimu karena ku tlah membangunkanmu.


Di atas motor kau tak jua memejamkan matamu. Betapa kagumnya dirimu dapat melihat dunia yang sesungguhnya, alam bebas. Entah dirimu masih bertanya-tanya, siapakah orang yang kini membawamu ke dalam pelukannya, memberimu kehangatan lahir-bathin, limpahan kasih-sayang yang mungkin belum pernah kau rasakan sejak dirimu terjebak di lingkungan orang-orang yang mencari nafkah dari dirimu dan kawan-kawanmu.

Byuti…sejak saat itu aku jatuh cinta padamu. Aku membawamu untuk vaksin agar kau terbebas dari semua virus dan bakteri yang mungkin menyerangmu. Kau isi hari-hariku dengan keceriaan, berlari kesana-kemari, lincah, menghirup udara kebebasan,…lucunya dirimu.

Ingatku saat pertama kali aku melilitkan rantai di lehermu. Kau diam tak bergerak,…kucoba menarik tubuhmu dengan rantai, kau memberontak, kau mengamuk!!! Harusnya aku sudah sadar dari dulu, kalau kamu adalah anjing bebas, berhak menentukan apa yang kamu inginkan. Aku tidak berhak menentukan hidupmu!!!

Kau mulai terbiasa mengenakan rantai, tapi kau tidak bebas lagi. Aku bersalah telah membatasi hidupmu sejauh untaian rantai, aku menyesal. Keegoisanku selama ini telah membuatku buta. Aku terlalu sayang padamu, takut kau meninggalkan diriku, padahal harusnya aku tau apa yang sebenarnya kau inginkan.

Byuti, maafkan aku. Kau terlalu sayang padaku hingga kau rela berada di sampingku walau rantai harus terus melilit di lehermu. Aku hanya membiarkanmu bebas saat pagar dapat tertutup rapat dan tidak ada seseorangpun di kost (kau tau sendiri kan kalo aku masih kost, kuliah, jauh dari orang-tua),…dan itu sangat jarang sekali, kostku selalu ramai dengan orang-orang asing yang sangat kau benci, yang selalu mengganggu ketenanganmu.

Aku tidak dapat merawatmu dengan baik. Aku bahkan tidak tahu jika kau menderita gatal selama ini karena terlalu sering mengkonsumsi makanan yang mengandung garam termasuk makanan laut. Aku tidak mampu memberimu vitamin bulu yang dapat memeperindah bulumu, tidak mampu membelikanmu rantai yang layak sampai lehermu luka. Sesungguhnya selama ini, akulah yang telah menyiksamu, padahal aku merasa akulah yang paling sayang padamu.

Teringat olehku saat kau terserang bronchitis, aku rela mengeluarkan berapapun uang untuk kesembuhan dirimu. Betapa menderitanya diriku melihatmu terbaring lemah, batuk yang tiada henti. Aku sedih, aku takut sesuatu terjadi padamu, sampai akhirnya kau sembuh kembali, kau bangkit.

Tapi tak henti sampai disitu, kau mulai menggaruk tubuhmu, tampak gatal sekali dirimu. Aku membawamu kembali pada dokter, dokter memberimu obat dan berpesan padaku bahwa obat harus dikasih rutin, tidak boleh bolong-bolong. Namun aku memang bukan perawat yang baik, aku tidak menungguimu sampai kesembuhanmu, bahkan aku belum sempat memberimu obat dari dokter, aku menitipkanmu pada seseorang dan meninggalkanmu pulang ke Balikpapan (namun seandainya saja saat itu uangku cukup, aku pasti membawamu), karena ada hal yang harus kuselesaikan disana.

Di Balikpapan aku terus berharap dan berdoa agar keadaanmu selalu baik-baik saja, agar kau selalu terlindungi karena kau seekor anjing yang baik dan penurut. Aku berjanji bahwa aku pasti akan menjemputmu, itu merupakan yang pertama dan yang terakhir aku meninggalkanmu.
Aku balik ke Bali (aku memang kuliah dan kost di Bali) dengan hati riang, sudah 1 bulan aku meninggalkan dirimu, tidak sabar rasanya kuingin memelukmu dan membelaimu lagi. Oh my God!!! Lihat dirimu! Kau sudah bertambah tinggi rupanya. Anjing kecilku yang manis beranjak dewasa. Kau tampak pangling menatapku saat aku menjemputmu,…namun ternyata kau masih mengenaliku. Kau menangis, mungkin tersimpan kerinduan yang begitu dalam untukku.

Hari-hari kita lalui bersama. 8 bulan sudah sejak hari aku berjumpa denganmu, Byutiku sayang. Seandainya saja dapat terus berlanjut dan berlanjut. Seandainya saja dunia hanya milik kita berdua. Tapi kenyataan memang tak selalu berpihak pada kita. Aku pindah kost dan bapak kost baruku tidak mengijinkanku memeliharamu. Hatiku pilu…..sementara itu semua keluarga juga sibuk memperbincangkanku, seorang muslim yang kafir karena memelihara seekor anjing. Hatiku pilu, aku belum sanggup berpisah denganmu.

Dengan berat hati aku berusaha mencari seseorang yang mau menjadi majikan barumu, yang mau merawatmu lebih baik dari aku, walau perasaan bersalah terus menderaku karena janji yang kuingkari sendiri padamu. Selebaran aku tempel di tiang-tiang listrik maupun tembok-tembok, iklan pun aku pasang di Koran maupun internet.

Akhirnya waktu itupun tiba, aku harus menyerahkanmu kepada majikan barumu. Aku memandikanmu agar kau tampak cantik, aku menyisir bulumu, menghirup wangi tubuhmu, menjemurmu di bawah terik matahari, hatiku tertusuk, sakit sekali rasanya, aku tidak rela, sama sekali tidak rela. Aku sayang kamu!!!

Bersama pacarku yang juga menyayangimu dan juga kau sayangi, yang juga ikut merawatmu dikala sakit, yang juga mengantarkanmu untuk vaksin ke dokter dan sebagainya, kami berangkat mencari alamat yang telah diberikan orang tersebut. Hatiku sedikit lega karena ternyata majikan barumu adalah orang yang cukup berada, sudah berkeluarga dan mempunyai seorang anak perempuan yang masih balita dan lincah, beragama Katholik, dan mempunyai seekor anjing betina juga yang sangat terawat, bulunya sangat tebal dan halus. Aku berharap dia mampu merawatmu lebih baik dari diriku dan menyayangimu sama dengan anjing yang dia miliki, yang bernama Poppy, tanpa pernah membedakan kalian berdua. Aku meninggalkanmu tanpa menoleh lagi, aku tak tahan, aku bisa nangis histeris jika aku melihatmu, apalagi kau menangis pilu melihat kepergianku, kau tampak sangat takut dan ingin aku kembali membawamu serta bersamaku. Byuti, maafkan aku…maafkan aku!!!

Aku nangis berhari-hari, aku selalu memimpikanmu, selalu terngiang gonggonganmu di telingaku, tidurku tidak nyenyak. Aku tidak nafsu makan, aku selalu membayangkanmu. Tiga hari kemudian pacarku akan pulang ke Banjarmasin karena salah seorang kakaknya akan menikah. Sebelum dia pergi, aku punya permintaan agar mengantarkanku pada Byuti, aku ingin menjenguknya, aku begitu rindu padanya, tidak terbendung lagi.

Byuti gembira sekali melihat kedatanganku. Dia meloncati diriku, dia menjilat wajahku (sebelumnya Byuti tidak pernah menjilat). Kata orang, anjing menunjukkan rasa sayangnya dengan menjilat. Kami melepas rindu, waktu rasanya cepat sekali berlalu. Yang buat aku tambah sedih, Byuti akan pindah tangan lagi. Mba’ yang merupakan majikan baru Byuti tersebut akan memberikan Byuti pada tante atau kakaknya karena mereka menginginkannya, begitu katanya. Aku hanya bisa pasrah dan berharap bahwa majikan barumu nanti bakal lebih baik lagi dari mba’ tersebut maupun aku, tentunya. Byuti yang malang, semoga ada seseorang yang mampu menyayangimu melebihi rasa sayangku padamu. Aku berjalan pulang dengan lunglai, mulai hari itu kita jalani hidup masing-masing (pilu hatiku mengingat bulan depan adalah hari ulang tahunmu yang ke satu tahun, tanpa kehadiran diriku di sisimu). Kau bersama dengan keluarga barumu, dan aku sebagai seorang muslimah yang beriman. Namun sejujurnya dalam hatiku aku masih berharap kita bisa berjumpa suatu saat nanti. Entah apa hukumnya bagi seorang muslim yang begitu mempunyai ikatan bathin dengan seekor anjing, akupun tak tahu. Namun aku tidak bisa membohongi diriku sendiri kalau kau begitu berharga bagiku, Byuti, anjing kecilku sayang…anjing kecilku manis, semoga kau selalu bahagia dimanapun kau berada dan sama siapapun kau menjalani hidupmu. Semoga kau selalu mendapatkan semua yang kau inginkan, semoga keberuntungan selalu menyertai dirimu, semoga kau selalu dilindungi olehNya dimanapun kau berada, amien-amien ya robbal al’amiin.
Tamat.

No comments: